Sekertaris Bos yang Nakal Minta Di Goyang

Sekertaris Bos yang Nakal Minta Di Goyang
Cerita Sex, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Terlengkap

 Sekertaris Bos yang Nakal Minta Di Goyang

 

Cerita Sex - Sekertaris Bos yang Nakal Minta Di Goyang - Pagi itu pada waktu jam masuk kantor aku berpapasan dengannya saat di pintu masuk, seperti biasa kita saling tersenyum dan mengucapkan selamat pagi. Ah lucu juga kita yg sudah kenal beberapa tahun masih sering melakukan kebiasaan seperti itu, padahal untuk hitungan waktu selama tiga tahun kita harus lebih akrab dari itu, tapi mau bagaimana lagi karena Silva orangnya memang seperti itu jadi aku-pun terbawa-bawa, aku sendiri bertanya-tanya apakah sifatnya yg seperti itu hanya untuk menjaga jarak dengan orang-orang di lingkungan kerja atau memang dia punya pembawaan seperti itu sejak lahir.

Mungkin waktu itu aku sedang ketiban mujur, tepat di pintu masuk entah apa penyebabnya tiba-tiba saja Silva seperti akan terjatuh dan refleks aku memeluk badannya dengan maksud untuk menahan supaya dia tak benar-benar terjatuh, tapi tanpa sengaja tanganku menyentuh sesuatu di bagian dadanya. 

Setelah dapat berdiri dengan sempurna Silvi memandang ke arahku sambil tersenyum, ya ampun menurutku itu merupakan sesuatu yg istimewa mengingat sifatnya yg kuketahui selama ini.

“Terima kasih Pak Hendra, hampir saja aku terjatuh.”

“Oh, tidak apa-apa, maaf barusan yang tadi tak sengaja.”

“Tak apa-apa.”

Seperti itulah kejadian di pagi itu. Walaupun tidak mau mikirin terus kejadian tersebut tapi aku tetap merasa kurang enak karena telah menyentuh sesuatu pada badannya walaupun tidak sengaja, waktu kutengok ke arah meja kerjanya melalui kaca pintu ruanganku dia juga kelihatannya kepikiran dgn kejadian tersebut, untung waktu masuk kerja masih 1 jam lagi jadi belum ada orang, seandainya pada waktu itu sudah banyak orang mungkin dia selain merasa kaget juga akan merasa malu. 

Sekertaris Bos yang Nakal Minta Di Goyang
Cerita Sex, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Terlengkap

Aku kembali melakukan rutinitas keseharian menggeluti angka-angka yang tidak ada ujungnya. Sudah kebiasaanku setiap 30 menit memandang gambar panorama yg kutempel dikaca pintu ruanganku untuk menghindari kelelahan pada mata, tapi ternyata ada sesuatu yg lain di seberang pintu ruanganku pada hari itu, aku melihat Silva sedang memandang ke arah yg sama sehingga pandangan kami bertemu.

Lagi, dia tersenyum kearahku, aku malah jadi bertanya-tanya ada apa gerangan dengan perempuan itu, aku yg ge'er atau memang dia jadi lain hari ini, ah mungkin hanya pikiranku saja yg ngelantur.

Jam istirahat makan seperti biasa semua orang ngumpul di ETR untuk makan siang, dan suatu kebetulan lagi waktu nyari tempat duduk ternyata kursi yg kosong ada di sebelah Silva, akhirnya aku duduk disana dan menyantap makanan yg sudah kuambil.

Setelah selesai makan, kebiasaan kami ngobrol-ngobrol sambil menunggu waktu istirahat habis, karena aku duduk disebelah dia jadi aku mengajak ngobrol Silvia, padahal sebelumnya aku males ngobrol sama dia.

“Gimana kabar suami-mu, Sil?” aku mencoba memulai percakapan
“Baik pak.”
“Trus gimana kerjaannya? masih di tempat yg dulu?”
“Sekarang sedang meneruskan studi di Amerika, baru berangkat satu bulan yg lalu.”
“Oh begitu, baru tahu aku.”
“Ingin lebih pintar katanya pak.”
“Ya baguslah kalau begitu, kan nantinya juga untuk masa depan kalian berdua.”
“Iya pak.”

Setelah jam istirahat habis semua kembali ke ruangan masing-masing untuk meneruskan kerjaan yg tadi terhenti. Aku-pun kembali mengerjakan kerjaanku.

Pada pukul 7.30 aku bermaksud beres-beres karena penat juga kerja terus, tanpa sengaja aku nengok ke arah pintu ruanganku ternyata Silva masih ada di mejanya. Setelah semua beres aku-pun keluar dari ruangan dan bermaksud untuk pulang, aku melewati mejanya dan aku iseng menyapa dia.

“Kok tumben jam segini masih belum pulang?”
“Iya pak, ini baru mau pulang, baru beres, banyak kerjaan hari ini”

Aku merasakan gaya bicaranya lain hari ini, tak seperti hari-hari sebelumnya yang kalau bicara selalu kedengaran resmi, yg menimbulkan rasa tak akrab.

“Ya udah kalo begitu kita bareng aja.” ajakku menawarkan.
“Tak usah pak, biar aku pulang sendiri saja.”
“Tidak apa-apa, ayo kita pulang bareng, ini udah terlalu malam.”
“Baik Pak kalau begitu.”

Sambil berjalan menuju tempat parkir kembali kutawarkan jasa yg walaupun sebetulnya niatnya hanya iseng saja.

Sekertaris Bos yang Nakal Minta Di Goyang
Cerita Sex, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Terlengkap

“Gimana kalo Silva bareng aqu, kita kan searah.”
“Tidak usah pak, biar aku pakai angkutan umum atau taksi saja.”
“Lho, jangan gitu, ini udah malem, enggak baik perempuan jalan sendiri malem-malem.”
“Baik kalau begitu pak.”

Di sepanjang jalan yg dilalui kami tak banyak bicara sampai akhirnya aku perhatikan dia agak lain, dia kelihatan murung, kenapa ini perempuan.

“Lho kok kamu kelihatannya murung, kenapa?” tanya aku penasaran.
“Tidak apa-apa pak.”
“Tidak apa-apa kok ngelamun begitu, perlu teman buat ngobrol?” tanya aku memancing.
“Enggak ah pak, malu.”
“Kok malu sih, gag apa-apa kok, ngobrol aja aku dengerin, kalo bisa dan perlu mungkin aku akan bantu.”
“Susah mulainya pak, soalnya ini terlalu pribadi.”
“Oh begitu, ya kalo enggak mau ya tidak usah, aku gag akan maksa.”
“Tapi sebetulnya memang aku perlu orang untuk teman ngobrol tentang masalah ini.”
“Ya udah kalo begitu obrolin aja sama aku, rahasia dijamin kok.”
“Ini soal suami aku pak.”
“Ada apa dengan suaminya?”
“Itu yg bikin aku malu untuk meneruskannya.”
“Tidak usah malu, kan udah aku sudah bilang dijamin kerahasiaannya kalo Silva ngobrol ke aku.”
“Anu, aku sering baca buku-buku mengenai hubungan suami istri.”
“Trus kenapa?”
“Aku baca, akhir dari hubungan badan antara suami istri yg bagus adalah orgasme yg dialami oleh keduanya.”
“Trus letak permasalahannya dimana?”
“Mengenai orgasme, aku sampai dengan waktu ini aku hanya sempat membacanya tanpa pernah merasakannya.”

Aku sama sekali tidak pernah menduga kalo pembicaraannya akan mengarah kesana, dalam hati aku membatin, masa sih kawin satu setengah tahun sama sekali belum pernah mengalami orgasme? timbul niatku untuk beramal:-)

“Masa sih Va, apa betul kamu belum pernah merasakan orgasme seperti yg barusan kamu bilang?”
“Betul pak, kebetulan aku ngobrolin masalah ini dengan bapak, jadi setaknya bapak bisa memberi masukan karena mungkin ini adalah masalah laki-laki.”
“Ya, gimana ya, sekarang kan suami Silva lagi tidak ada, seharusnya waktu suami Silva ada barengan pergi ke ahlinya untuk konsultasi masalah itu”
“Pernah beberapa kali aku ajak suami aku, tapi menolak dan akhirnya kalau aku singgung masalah itu hanya menimbulkan pertengkaran diantara kami.”

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul  09.00 malam, dan tanpa terasa pula kami sudah sampai didepan rumah Silva, Aku bermaksud mengantar Silva sampai depan pintu rumahnya.


“Tak usah pak, biar sampai sini saja.”
“Tidak apa-apa, takut ada apa-apa biar aku antar sampai depan pintu.”
Dasar, kakiku menginjak sesuatu yg lembek ditanah dan hampir saja terpeleset karena penerangan di depan rumahnya agak kurang. Setelah sampai di teras rumahnya kulihat kakiku, ternya yg kunjak tadi adalah sesuatu yg kurang enak untuk disebutkan, sampai-sampai sepatuku sebelah kiri hampir setengahnya kena.
“Aduh Pak, gimana dong itu kakinya.”
“Gag apa-apa, nanti aku cuci kalo udah nyampe rumah.”
“Dicuci disini aja pak, nanti tidak enak sepanjang jalan kecium baunya.”
“Ya udah, kalo begitu aku ikut ke toilet.”

Setelah membersihkan kaki aku dipersilahkan duduk di ruang tamunya, dan ternyata disana sudah menunggu segelas kopi hanngat. Sambil menunggu kakiku kering kami berbincang lagi.

“Oh ya Va, mengenai yg kamu ceritakan tadi di jalan, gimana cara kamu mengatasinya?”
“Aku sendiri bingung Pak harus bagaimana.”

Mendengar jawaban seperti itu dalam otakku timbul pikiran kotor lelaki.

“Gimana kalau besok-besok aku kasih apa yg kamu pengen?”
“Aku mau yg mana pak.”
“Lho, itu yg sepanjang jalan kamu bilang belum pernah ngalamin.”
“Ah bapak bisa aja.”
“Bener kok, Aku bersedia ngasih itu ke kamu.”

Termenung dia mendengar perkataanku tadi, melihat dia yg sedang menerawang Aku berpikir kenapa juga harus besok-besok, kenapa tidak sekarang aja selagi ada kesempatan.

Kudekati dia dan kupegang tangannya, tersentak juga dia dari lamunannya sambil menatap kearahku dengan penuh tanda tanya. Kudekatkan wajahku ke wajahnya dan kukecup pipi sebelah kanannya, dia diam tak bereaksi.

Ku kecup bibirnya, dia menarik napas dalam entah apa yg ada dipikirannya dan tetap diam, kulanjutkan mencium hidungnya dan dia memejamkan mata.

Ternyata napsu sudah menggerogoti kepala-ku, kulumat bibirnya yg tipis dan ternyata dia membalas lumatanku, bibir kami saling berpagut dan kulihat dia begitu meresapi dan menikmati adegan itu.

Sekertaris Bos yang Nakal Minta Di Goyang
Cerita Sex, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Terlengkap

Kitarik tangannya untuk duduk disebelahku di sofa yg lebih panjang, dia hanya mengikuti sambil menatapku. Kembali kulumat bibirnya, lagi, dia membalasnya dgn penuh semangat.

Dengan posisi duduk seperti itu tanganku bisa mulai bekerja dan bergerilya. Kuraba bagian dadanya, dia malah bergerak seolah-olah menyodorkan dadanya untuk kukerjain.

Kuremas dadanya dari luar bajunya, tangan kirinya membuka kancing baju bagian atasnya kemudian Aku membimbing tangan kananku untuk masuk kedalam BHnya. Ya ampun bener-bener udah gag tahan dia rupanya.

Kulepas tangan dan bibirku dari badannya, aqu berpindah posisi bersandar pada pegangan sofa tempatku duduk dan membuka kaki-ku lebar-lebar.

Kutarik dia untuk duduk membelakangiku, dari belakang kubuka baju dan BHnya yg waktu itu sudah nempel tidak karuan, kuciumi leher bagian belakang Silva dan tangan kiri kananku memegang payudaranya masing-masing satu, dia bersandar kebadanku seperti lemas tak memiliki tenaga untuk menopang badannya sendiri dan mulai kuremas payudaranya sambil terus kuciumi tengkuknya.

Setelah cukup lama meremas buah dadanya tangan kiriku mulai berpindah kebawah menyusuri bagian perutnya dan berhenti di tengah selangkangannya, dia melenguh waktu kuraba bagian itu.

Kusingkap roknya dan tanganku langsung masuk ke celana dalamnya, kutemukan sesuatu yg hangat-hangat lembab disana, sudah basah rupanya. Kutekan klitorisnya dengan jari tengah tangan kiriku.

“Ohh .. ehh ..”

Aku semakin bernapsu mendgn rintihannya dan kumasukkan jariku ke kemaluannya, suaranya semakin menjadi. Kukeluar masukkan jariku disana, badannya semakin bergetar seperti batang plastik kepanasan, terus kukucek-kucek semakin cepat badannya bergetar menerima perlakuan aku. 15 menit lamanya aku melakukan itu dan akhirnya keluar suara dari mulutnya.

“Udah dulu pak, aku sudah gag tahan pengen pipis.”
“Jangan ditahan, biarkan aja lepas.”
“Aduh pak, gag tahan, Silva mau pipis .. ohh .. ahh.”

Badanya semakin bergetar, dan akhirnya.

“Ahh .. uhh.”

Badanya mengejang beberapa waktu sebelum akhirnya dia bersender ke dada aku.

“Gimana Va rasanya?”
“Enak pak.”

Kulihat air matanya berlinang.

“Kenapa kamu menangis Va.”

Silva diam tak membalas perkataan-ku.

“Kamu nyesel udah melakukan ini?” tanya-ku.
“Bukan pak.”
“Lantas?”
“Aku bahagia, akhirnya aku mendapatkan apa yg aku idam-idamkan selama ini yg seharusnya datang dari suami aku.”
“Oh begitu.”

Kami saling terdiam beberapa waktu sampai aku lupa bahwa jari tengah tangan kiriku masih bersarang didalam kemaluannya dan aku cabut perlahan, dia menggeliat waktu kutarik jari tanganku, dan aku masih tercenung dengan kata-kata terakhir yg terlontar dari mulutnya, benar rupanya .. dia belum pernah merasakan orgasme.

“Mau ke kamar mandi pak?”

Tiba-tiba suara itu menyadarkanku dari lamunan ..

“Oh ya, sebelah mana kamar mandinya?”
“Sebelah sini pak”, sahutnya sambil menunjukkan jalan menuju kamar mandi.

Dia kembali ke ruang tamu sementara aku mencuci bagian tangan yg tadi sudah melaksanakan tugas sebagai seorang laki-laki terhadap seorang perempuan. Tak habisnya aku berpikir, kenapa orang berumah tangga sudah sekian lama tapi si perempuan baru mengalami orgasme satu kali saja dan itupun bukan oleh suaminya.

Selesai dari kamar mandi aku kembali ke ruang tamu dan kutemukan dia sedang melihat acara di televisi, tapi kulihat
dari wajahnya seakan pikirannya sedang menerawang, entah apa yg ada dalam pikirannya waktu itu.

“Va, udah malam nih"
"Aku pulang dulu ya ..”

Terhenyak dia dan menatapku ..

“Emm, pak, mau gag malam ini nemanin Silva?”

Kaget juga aku menerima pertanyaan seperti itu karena memang tak pikiran untuk menginap dirumahnya malam ini, tapi aku tak mau mengecewakan dia yg meminta dengan wajah mengharap.

“Waktu kan masih banyak, besok kita ketemu lagi di kantor, dan kapan-kapan kita masih bisa ketemu diluar kantor.”

Dia berdiri dan menghampiriku ..

“Terima kasih ya pak, Silva sangat bahagia malam ini, saya harap bapak tak bosan menemani saya.”
“Kita kan kenal sudah lama, saya selalu bersedia untuk membantu kamu dalam hal apapun.”
“Sekali lagi terima kasih, boleh kalau mau pulang sekarang dan tolong sampaikan salam saya buat Ibu.”

Akhirnya aqu pulang dgn terus dihinggapi pertanyaan didalam pikiranku, kenapa dia bisa begitu, kasihan sekali dia.

Seperti biasa esoknya aqu masuk kantor pagi-pagi sekali karena memang selalu banyak pekerjaan yg harus diselesaikan, kupikir belum ada siapa-siapa karena biasanya yg sudah ada waktu aku datang adalah office boy, tapi ternyata pagi itu aqu disambut dgn senyuman Silva yg sudah duduk di meja kerjanya.

Tak seperti biasa, pada hari-hari sebelumnya aku selalu melihat Silva dalam penampilan yg lain dari pagi ini, sekarang dia terlihat berseri dan terkesan ramah dan akrab.

“Pagi Va.”
“Pagi Pak.”
“Gimana, bisa tidur nyenyak tadi malam?”
“Ah bapak, bisa aja, tadi malam saya tidur pulas sekali.”
“Ya sudah, saya tinggal dulu ya, selamat bekerja.”
“Iya pak.”

Aku meneruskan langkahku menuju ruang kerja-ku yg memang tak jauh dari meja kerjanya, dari dalam ruangan kembali aku menengokkan wajah ke arahnya, ternyata dia masih menatapku sambil tersenyum.

Tak seperti biasanya, aku merasakan hari ini bekerja merupakan sesuatu yg membosankan, suntuk rasanya menghadapi pekerjaan yg memang dari hari ke hari selalu saja ada sesuatu yg harus diulang, akhirnya aku menulis cerita ini.

HP didalam saku celana-ku berbunyi, ada SMS yg masuk, kubuka SMS tersebut yg rupanya datang dari perempuan diseberang ruanganku yg tadi pagi menatapku sampai aqu masuk ke ruangan ini .. ya dia, Silva.

“Pak, nanti mlm ada acara gak? kalo tak bisa gak bapak menuhin janji bapak tadi malam.”

Begitulah isi SMS yg kuterima, aku berpikir agresif juga nih perempuan pada akhirnya. Ku-angkat saja telepon yg ada diatas meja kerja-ku dan kutekan nomor extensin dia.

“Kenapa gitu Va, mau ngajak kemana?”
“Eh bapak, kirain siapa, tidak, Silva udah nyediain makan malam di rumah, bapak bisa kan makan malam sama Silva nanti malam?”
“Boleh, kalau gitu nanti pulang saya tunggu di ruang parkir ya.”
“Iya pak, makasih.”

Sore hari Aku terkejut karena waktu pulang sudah terlewat 5 menit, bergegas kubereskan ruanganku dan berlari menuju ruang parkir. Disana Silva sudah menungguku, tapi dia tersenyum waktu melihatku datang, tadinya kupikir dia akan kecewa, tapi syukurlah kelihatanya dia tak kecewa.

“Maaf jadi nunggu ya Va, harus beres-beres sesuatu dulu.”
“Tidak apa-apa pak, Silva juga barusan ada yg harus diselesaikan dulu dengan Nana.”
“Yo.” kata-ku sambil membukkan pintu untuk dia, dan dia masuk kedalam mobil kemudian duduk disebelahku.

Diperjalanan kami ngobrol kesana kemari, dan tanpa terasa akhirnya kami masuk ke komplek perumahan dimana Silva tinggal lalu kami turun menuju ke rumahnya. Dia membuka pintu depan rumahnya dgn susah, rupanya ada masalah dgn kunci pintu tersebut.

Sekertaris Bos yang Nakal Minta Di Goyang
Cerita Sex, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Terlengkap

Aku tak berusaha membantunya, karena dari belakang baru kuperhatikan kali ini kalau bagian tengah belakang milik Silva menarik sekali, lingkarannya tak terlalu besar, tapi Aku yakin laki-laki akan suka bila melihatnya dalam keadaan setengah berjongkok seperti itu.

Akhirnya pintu terbuka juga dan dia mempersilakan Aku masuk, dan kami-pun masuk. Setelah mempersilakan aku untuk duduk, dia pergi ke kamarnya, setelah itu dia kembali lagi dengan pakaian yg sudah digantinya, dia tak langsung menghampiriku tapi terus melangkah ke arah dapur dan kembali dgn segelas air putih dan segelas kopi, lalu dia menyodorkan kopi tersebut kepada-ku.

“Wah enak sekali nih hari gini minum kopi, kamu kok gag minum kopi juga Va?”
“Saya tidak pernah minum kopi pak, tidak boleh sama si mas.”
“Oh gitu.”
“Pak mobilnya dimasukin garasi aja ya, biar Silva yg mindahin.”
“Boleh, sekalian saya mau ikut ke kamar mandi dulu, badan rasanya gag enak kalau masih ada keringatnya.”
“Handuknya ada di kamar mandi pak.”

Dia berdiri sambil menerima kunci mobil yg kuserahkan sedangkan aku ngeloyor ke kamar mandi untuk terus membersihkan badan yg memang rasanya agak gag enak setelah barusan diperjalanan dihadapkan ke kondisi jalan yg cukup macet tak seperti biasa.

Keluar dari kamar mandi kudapati Silva kelihatan sedikit bingung, kutanya dia,

“Kenapa Va, kok seperti yg bingung begitu ..”
“Anu pak, barusan ada telepon dari restoran yg saya pesan untuk makan malam, katanya tidak bisa nganter makanan yg dipesan karena kendaraannya tidak ada.”
“Ya sudah tidak apa-apa, kita kan bisa bikin makanan sendiri, punya apa yg bisa dimasak?”
“Adu pa, Silva jadi malu.”
“Udah gag apa-apa kok, malah jadi bagus kita bisa masak barengan.”

Kata-ku sambil tersenyum, Silva melangkahkan kakinya menuju dapur dan ku-ikuti, sampai didapur dia membuka lemari es yg ternyata hanya ada sedikit makanan yg siap masak disana. Akhirnya kami masak masakan seadanya sambil berbincang kesana kemari.

Tanpa sengaja aku perhatikan postur badan Silva yg terlihat lain dgn pakaian yg dikenakan sekarang, pakaian yg sedikir agak ketat menyebabkan lekuk-lekuk badannya terlihat jelas, sungguh bentuk badan yg sempurna untuk wanita seusia dia

Tanpa sadar kuhampiri dia dan dari belakang kupeluk dia yg sedang melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, dia menoleh kearahku dan tersenyum, kudekatkan bibirku ke bibirnya dan dia menyambutnya, awalnya hanya ciuman biasa sampai akhirnya kami saling berpagutan disini, ya di dapur miliknya.

Berlanjut terus pergulatan bibir tersebut, kuraba buah dadanya dan kuremas dari luar bajunya. Tangan Silva bergerak membuka kancing baju bagian depan dilanjutkan dengan menyingkapkan BH yg dia pakai, dengan demikian tanganku kiri kanan lebih leluasa meremasnya.

Beberapa waktu kemudian kulepaskan bibirku dari bibirnya dan kuarahkan ke buah dadanya yg terlihat sungguh indah dgn warna puting yg kemerahan, kujilat puting yg sebelah kanan dan dia menarik nafas dalam menerima perlaquan itu, akhirnya kukulum puting itu dan kuhisap dalam-dalam sambil tangan kananku tetap meremas dadanya yg sebelah kiri.

Tangan kiriku kugerakkan ke arah pantatnya, dan kuremas pantat yg kenyal itu. Kumasukkan tangan itu ke dalam rok yg dia pakai dan disana kuraba ada sesuatu yg hangat dan sedikit basah dan kuraba-raba bagian itu terus menerus.

Rupanya dia tak tahan menerima sikapku itu, tangannya bergerak membuka resleting roknya dan melorotkannya kebawah. Aku hentikan ciuman bibirku di buah dadanya lalu bubuka celana dalamnya dan kutemukan bulu indah yg tak terlalu banyak disana kusingkapkan sedikit dan kuarahkan bibirku kesana dan kujilat bagian kecil yg menonjol disana.

Suara lenguhan dari bibirnya sudah tak terbayang lagi, akan memperpanjang cerita kalau saya tuliskan disini.

“Oh, pak, saya belum pernah merasakan ini, oh ..”

Aku terus melanjutkan menjilati diselangkangannya sambil terus memasukkan lidah ini kedalam gua yang lembab dan berbau khas milik wanita.

Desahan demi desahan yang terus keluar dari mulutnya sampai akhirnya kurasakan badannya mengejang dan bergetar dgn mengeluarkan teriakan yg tak bisa ditahan dari mulutnya, dia sudah sampai ke puncak kenikmatan sentuhan seorang lelaki seperti aku ini, dan akhirnya kuhentikan kegiatanku itu lalu berdiri menghadap dia, tanpa kuduga dia mencium bibirku.

“Pak kita ke kamar ya.”

Dia menuntunku masuk ke kamar tidurnya, kamar itu terlihat rapi, lalu kami duduk dipinggir tempat tidur dan kembali saling berpagutan disana. Dia bangkit berdiri dihadapanku dan bertanya.

“Boleh saya buka pakaian bapak?”

Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut, lalu dia membuka seluruh pakaian yg kukenakan sampai ke celana dalamku. Dia memegang penis-ku yg dia dapati dibalik celana dalam yg baru saja terbuka, lalu dia menciumnya dan menjilatinya, nikmat sekali rasanya.

“Dari dulu saya ingin melakukan ini, tapi suami saya tidak pernah mau diperlakukan begini.”

Dia berkata begitu sambil kembali meneruskan kegiatannya menjilati senjata milikku, tanpa kuduga dia lanjutkan kegiatannya tadi dengan mengulum dan menyedot batang kemaluanku, dan rasanya lebih nikmat dari yg tadi kurasakan. Akhirnya dia berhenti seperti itu dan berkata.

“Pak, tidurin Silva ya.”

Tanpa menunggu permintaan itu terulang aku langsung membaringkan badannya diatas tempat tidur, aku ciumi sekujur badannya yg dibalas dgn gelinjangan badan mulus itu, akhirnya setelah sekian lama kucoba masukkan kemaluanku kedalam lubang yg memang sudah basah dari sejak tadi, dan “Ahh ..” itulah yg keluar dari mulut Silva, sungguh nikmat sekali rasanya memasuki badan yg telanjang ini, dan satu lagi, lubang kemaluannya masih terasa cukup sempit dan menggigit, terbersit sebuah pertanyaan, sebesar apa milik suaminya sampai lubang ini masih terasa sempit seperti ini.

Kuperhatikan jam yg ada di dinding kamarnya menunjukkan bahwa aku sudah mengeluar masukkan kemaluanku kedalam badannya selama 30 menit dan akhirnya kembali kurasakan badannya mengejang sambil mengeluarkan suara-suara aneh dari mulutnya, akhirnya dia menggelepar sambil memeluk badanku erat-erat seolah tak ingin lepas dari badannya, karena pelukannya itu aku jadi terhenti dari goyangan-ku.

Beberapa waktu kemudian Silva melepaskan pelukannya dan terkulai lemas, tapi aku melihat sebuah senyuman puas diwajahnya dan itu membuat aku merasa puas karena malam ini dia sudah dua kali mendapatkan apa yg selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya.

“Gimana Va?”
“Aduh, Silva lemas tapi tadi itu nikmat sekali ..”
“Silva mau coba gaya yg lain?”
“Emm ..”

Kubangunkan badannya dan kugerakkan untuk membelakangiku, kudorong pundaknya dengan pelan sampai dia menungging dihadapanku, kumasukkan kejantananku kedalam lubang senggamanya dan dia mengeluarkan teriakan kecil.

“Aduh .. Pak enak sekali, dorong terus pak, Silva belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini ..”

Aku keluar masukkan kemaluanku ini kedalam badannya dgn irama yg semakin lama semakin kupercepat, lama juga aku melakukan itu sampai akhirnya dia berkata “Pak Silva mau pipis lagi ..”, semakin kupercepat gerakanku karena kurasakan ada sesuatu yg mendorong ingin keluar dari dalam badanku.

Dalam kondisi lemas dan masih menungging Silva menerima gerakan maju mundur dariku, mungkin dia tahu kalau aku sebentar lagi mencapai klimaks, dan akhirnya menyemburlah cairan dari kemaluanku masuk semua kedalam badannya.

Beberapa waktu kemudian aku merasakan badanku lemas bagai tak bertulang dan kucabut penis-ku  dari lubang milik Silva.

Aku terbaring disampingnya setelah melepaskan nikmat yg tiada tara, dia tersenyum puas sambil menatapku dan memelukku, lalu kami tertidur dgn perasaan masing-masing.

Dalam tidur aku memimpikan kegiatan yg barusan kami laqukan dan waktu hampir pagi aku terbangun kudapati Silva masih terpejam dgn wajah yg damai sambil masih memelukku, kulepaskan pelukkannya dan dia terbangun, lalu kami meneruskan kegiatan yg tadi malam terpotong oleh tidur sampai akhirnya kami berdua bangun dan menuju kamar mandi dalam keadaan masing-masing telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi badan kami.

Dikamar mandi kami melaqukannya lagi, dan kembali dia mengucapkan kata-kata yg tak habis aqu bisa mengerti “Silva belum pernah melaqukan seperti ini sebelumnya ..”.

Akhirnya kami berangkat kerja dari rumah Silva, sengaja masih pagi agar tak ada orang di kantor yg melihat kedatangan kami berdua untuk menghindari sesuatu yg kami berdua tak inginkan.

Sampai saya menulis cerita ini, masih tetap terngiang kata-katanya yg sering mengucapkan kata-kata “Silva belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya ..” setiap saya berhubungan dengan dia dengan gaya yg lain.

Berawal dari situlah kami sering melakukan hubungan suami istri, dan itu selalu kami lakukan atas permintaan dari dia, aku sendiri tak pernah memintanya karena aku tak mau dia punya pikiran seolah-olah aku mengeksploitir dia. dan sekarang Silva yg kukenal jauh berbeda dari Silva yg dulu, dia menjadi orang yg ramah dan selalu tersenyum kepada semua orang dilingkungannya.



 


EmoticonEmoticon